menilai penting tidaknya suatu pekerjaan

Februari 2, 2008

Share lagi sebuah pengalaman pribadi dari diriku. Sejak aku kecil sampai saat ini, aku terbiasa mengerjakan setiap pekerjaan yang harus kukerjakan tanpa berusaha mencari yang terpenting, dan membuang sisanya. Contohnya saja, jika disuruh membersihkan sesuatu, aku akan berusaha membersihkan semuanya, tanpa membuat asumsi: “sepertinya tempat itu sudah bersih dan tidak perlu dibersihkan lagi, dan kemudian tidak membersihkan tempat itu.” Bagi sebagian orang, mungkin menilai bahwa tindakan aku ini kurang efisien / hanya membuang-buang waktu dan tenaga, atau malah kerajinan karena gak ada kerjaan. Namun dibalik semua itu, aku memiliki pandangan yang berbeda. Mengerjakan segala sesuatu dengan mutlak dan sempurna perlu dilakukan karena aku percaya bahwa pekerjaan yang dilakukan dengan baik dan benar akan membuahkan hasil yang baik juga. (meskipun faktanya tidak selalu begitu)

Akhirnya saat sekarang aku kuliah, aku melihat banyak dari teman ku yang tidak sependapat dengan prinsip ku ini. Mereka semua kebanyakan hanya melihat sesuatu yang penting dan membuang / mengorbankan yang menurut mereka tidak penting. Misalnya saja: ada mata kuliah yg hanya belajar haraf-menghafal, terasa tidak berguna, dan memiliki bobot SKS yg kecil. Kebanyakan mata kuliah ini akan diacuhkan dengan cara semisal: titip absen sepanjang semester (gak pernah hadir di kelas), ujian berharap dari kisi2, atau malah belajar seadanya aja, krn menganggap itu tidak perlu.
Tetapi menurut pandangan aku:  aku telah mengambil mata kuliah itu, dan segala konsekuensi dan resiko dari mata kuliah itu harus aku ambil (spt masuk kelas, mengerjakan PR, ujian, dll), karena itu telah menjadi bagian dari pilihan hidupku.

Kesimpulannya: Setiap orang memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai cara menjalani hidup. Tidak ada yang paling benar / paling salah, karena itulah keindahan dari manusia, karena menusia selalu berbeda dengan manusia lainnya.


Time management

Januari 17, 2008

Tulisan ini sengaja aku buat karena rasa kekecewaanku pada banyaknya orang yang tidak menghargai waktu dan tidak tepat waktu.
Jika direnungkan, sulitkah untuk menepati suatu jadwal secara tepat waktu. Menurut aku TIDAK sulit, jika kita mau melaksanakannya.

Pengalaman aku sendiri yang kuliah di Binus, menurut jadwal, perkuliahan masuk jam 7:20. Namun kenyataannya, rata2 dosen masuk ke kelas jam 7:30. Tidak hanya itu saja, muridnya lebih parah. Banyak temen aku yang sengaja datang telat dengan alasan telat bangun tidur / malas. Jadi seringkali aku dapati jika kuliah pagi, jam 7:30, hanya ada 10 orang di kelas (dari total kelas sebanyak 50-an orang).

Pengalaman dari dosen aku yang pensiun dari bisnisnya dalam menjual software di tahun 1990, juga karena tidak tahan dengan tingkah laku manusia-manusia yang tidak ontime. Misalkan janji pada hari sekian, jam sekian… ternyata pada hari-H nya, sang klien yang dijanjikan tidak ada dengan berbagai macam alasan, tanpa pemberitahuan terlebih dahulu.. Menyebalkan memang!

Kenapa ada banyak orang yang tidak menepati waktu ?
Hidup juga merupakan suatu waktu yang singkat. Jika waktu hidup tidak kita gunakan seoptimal mungkin, tak akan ada kesempatan yang kedua.


Ketakutan akan kematian

Desember 21, 2007

Suatu hal  wajar jika manusia takut akan kematian. Tetapi mengapa manusia takut akan kematiannya. Apakah karena mereka merasa bahwa tidak ada yang bisa dilakukannya lagi setelah mati. Manusia tidak pernah tahu apa yang terjadi setelah mereka mati dan manusia selalu berfikiran bahwa hidup ini hanya ada 1, yakni saat mereka hidup saja.

Suatu contoh:
Ada seorang muda yang takut mati  dan untuk mencegah itu, ia selalu memeriksakan dirinya secara rutin ke dokter (karena sebagaimana kita ketahui bahwa penyakit adalah penyebab kematian yang terbesar).  Suatu hari, ia pergi ke negeri lain yang memiliki tehnologi pengobatan lebih baik dari negerinya. Setelah sampai disana, ia check up (diperiksa kesehatan-nya), dan hasil dari check up, oleh dokter dikatakan bahwa orang itu hidup tidak akan lama lagi, karena ada masalah di jantungnya. Tanpa pikir panjang, karena mendengar berita itu, orang itu pun panik, dan dengan segala kepanikannya ia meminta dokter itu agar segera menyembuhkannya (padahal orang ini tidak pernah merasakan apapun yang salah dengan jantungnya). Akhirnya sang dokter berkata, agar sembuh, jantungmu perlu dioperasi dan operasi ini membutuhkan biaya yang mahal. Orang itu pun menyetujuinya dan dengan harta yang dimilikinya, ia memutuskan untuk ikut operasi.

Setelah operasi dan pulih, akhirnya orang ini kembali pulang ke rumahnya. Sesampainya di rumah, seluruh anggota keluarganya kaget bukan kepalang karena jantung-Nya sudah dioperasi, padahal ia tidak pernah merasa sakit apapun dijantungnya. Akhirnya oleh keluarganya, dibawalah ia ke dokter-dokter yang ada di negerinya untuk di cek ulang, dan hasilnya dokter2 itu kebingungan karena sebenarnya jantungnya masih sehat, tetapi ada bekas dioperasi…

Akhirnya sadarlah orang itu bahwa ia telah dibohongi oleh dokter di negeri seberang. Saat ini yang bisa dilakukannya adalah menyesali keputusan bodoh yang telah dilakukannya, dan umurnya pun tidak akan bisa selama yang ia perkirakan, karena jantungnya telah dioperasi walaupun tidak rusak.

=> Kesimpulannya:
1. Jangan takut mati. Manusia pasti akan mati, dan HANYA Tuhan yang dapat menentukan kematian seseorang.  Manusia tidak dapat menentukan kematian sesamanya.
2. Jangan langsung percaya kata2 dari seorang dokter saja. Bila ada suatu vonis aneh dari seorang dokter, cobalah periksakan diri Anda ke dokter lain, bisa saja hasil pemeriksaan dokter itu keliru